02 August, 2008

;

Surveillance Technologies and the Future of Privacy

SurveillanceSurveillance Technologies and the Future of Privacy
Penulis : Mark Monmonier
Paperback : 250 halaman
Penerbit : University of Chicago Press, 2002
Bahasa : English
ISBN : 0226534278
Ukuran: 8,3 x 5,5 x 0,7 inci

Peta, sebagaimana kita ketahui telah memberikan petunjuk posisi dimana kita berada. Akan tetapi peta juga merupakan alat bagi seseorang untuk menemukan sesuatu ataupun orang lain. Saat ini, baik dalam bentuk media elektronik maupun media cetak, penggunaan peta kian meluas dan mendalam hingga mengungkapkan mobilitas serta aktivitas manusia, mulai dari hal yang disukai hingga hal yang tidak disukai.

Dalam Spying with Maps, Mark Monmonier "The Mapmatician", menjelaskan tentang peningkatan penggunaan data geografis seperti citra satelit untuk pengamatan lokasi dalam berbagai bidang seperti intelijen militer, penentuan lokasi pasar, dan lain sebagainya. Pertanyaan yang muncul kemudian, "Dapatkah penggunaan data untuk pengamatan semacam ini mengancam kenyamanan hidup masyarakat?" Untuk menjawab pertanyaan ini, Ia menjelaskan bagaimana teknologi Geospatial bekerja, apa yang dapat diungkapkan dari sana, siapa yang menggunakannya, serta apa akibatnya.

Dalam buku ini, Mark Monmonier melakukan dua pendekatan yang berbeda. Yang pertama, tentang sikap skeptisnya terhadap penggunaan teknologi Geospatial. Sedangkan yang kedua, merupakan pujian terhadap keuntungan yang dihasilkan dalam penggunaan teknologi Geospatial, baik di pemerintahan, institusi, terutama di era globalisasi. Dengan gaya bahasa yang menarik, Monmonier membawa para pembacanya ke dalam sisi gelap teknologi Geospatial di sekitar kita, mulai dari kamera lalu lintas, satelit cuaca, GPS personal, hingga teknologi WAP, dimana hak-hak individu yang berupa privasi manusia dapat dilanggar kapan saja.

Monmonier tidak merasa segan untuk mengungkapkan pendapatnya untuk membenarkan atau menyalahkan penggunaan teknologi Geospatial dalam segala hal. Pendapatnya itu justru menjadikan buku ini lebih provokatif dan menarik untuk dibaca. Dalam suatu Bab, Ia menjelaskan bagaimana GPS dan Penginderaan Jauh dapat mendeteksi posisi seorang hingga presisi yang sangat detil. Sedangkan dalam Bab lain Ia menjelaskan bagaimana Penginderaan Jauh untuk observasi lahan pertanian bisa menjadi isu pelanggaran hak-hak individual yang bisa dibawa hingga ke Mahkamah Agung.

Spying with Maps merupakan sebuah karya yang cocok untuk dinikmati baik bagi para akademisi, serta praktisi yang bergerak dalam bidang analisis keruangan. Selain itu, buku ini juga cocok sebagai bacaan santai akhir pekan di rumah sambil menikmati kopi panas di pagi hari. (*)

01 August, 2008

;

Manajemen Kota

Manajemen Kota; Perspektif Spasial
Penulis : Hadi Sabari Yunus
Paperback: 460 halaman
Penerbit : Pustaka Pelajar, Cetakan I, Sept. 2005
Bahasa : Bahasa Indonesia
ISBN : 979-3721-87-1
Ukuran : 21,2 x 14,4 x 2,3 cm

Siapa yang tidak kenal dengan "kota"? Kata ini sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan akademis, pemerintahan, maupun kehidupan bermasyarakat. Kota juga telah menjadi bahan kajian di berbagai bidang ilmu. Bidang ilmu seperti ekonomi, sosiologi, sejarah, hukum, dan sebagainya, juga telah membahas kota sebagai objek kajian. Begitu pula dengan tema kota yang diambil untuk dikaji sangatlah beragam, seperti transportasi, sosiologi, budaya, dan lainnya.

Meski kota sudah umum dibicarakan, namun jarang ditemui literatur mengenai manajemen kota melalui perspektif spasial (keruangan), terutama dalam Bahasa Indonesia. Seorang guru besar Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada, Prof. Dr. H. Hadi Sabari Yunus, M.A; DRS. mencoba memaparkan hal tersebut dalam bukunya berjudul "Manajemen Kota; Perspektif Spasial". Buku setebal 460 halaman ini diterbitkan pada September 2005 oleh Pustaka Pelajar.

Hadi Sabari Yunus membagi bahasan ini ke dalam enam bab. Diawali dengan membahas pemahaman arti kota dan dinamika kota, ia kemudian langsung masuk ke dalam inti buku yaitu dimensi manjemen spasial kota dan formulasi visi spasial kota. Diakhiri dengan teknik manajemen spasial kota dan simulasi aplikasi tehnik manajemen spasial kota.

Kota memiliki arti yang beragam dan dapat dilihat dari sudut pandang berbeda. Pada bab pertama, ia menjelaskan bagaimana kota ditinjau dari segi yuridis-administratif, fisik morfologis, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, fungsinya dalam wilayah organik, dan sosio-kultural. Bagaimana kota di Indonesia didefinisikan juga diberikan guna memudahkan pembaca mengenali masalah identifikasi sebuah kota.

Selesai pemahaman arti kota, di bab kedua ia mengajak pembaca ke dalam dinamika suatu kota. Mulai bab ini tiap bahasan ditinjau dari sudut pandang spasial. Dalam hukum aksi reaksi, suatu reaksi disebabkan oleh adanya aksi. Begitu pula dengan dinamika kota, disebabkan dari banyak hal kompleks yang terjadi didalamnya. Hadi membagi bab ini menjadi dua, yaitu konsekuensi spasial tuntutan ruang dan konsekuensi perkembangan spasial secara yuridis administratif.

Bab ketiga, dimensi manajemen spasial kota merupakan inti buku ini. Layaknya sebuah langkah manajemen, ada tiga proses yang harus dilakukan yaitu; dimensi orientasi, dimensi implementasi dan dimensi dampak. Spasial, sebagai kata kunci buku ini, merupakan sudut pandang yang dipilih untuk membahas tiga dimensi tersebut. Tiga bab selanjutnya merupakan pengembangan bahasan manajemen kota.

Pemilihan bab dan sub bab buku ini sangat teratur, meski untuk mengikutinya dibutuhkan kekuatan membaca yang lebih dibanding buku biasa, yang mencerminkan kekuatan dan penguasaan penulis akan bahasan manajemen kota. Buku ini sepertinya ditujukan bukan untuk orang yang pertama kali mempelajari tentang kota. Mereka yang mendalami kajian kota sangat tepat membaca buku ini. Sesuai dengan harapan penulis pada akhir buku, yang mengajak pembaca memikirkan upaya manajemen spasial yang cocok bagi negara Indonesia.



;

Pengertian Geografi

Geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas bumi. Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu g? ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").

Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).

Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alamatau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

Sejarah Geografi

Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.

Pada Jaman Pertengahan, bangsa Arab seperti Idirisi Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama jaman Renaissance dan pada abda ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta duniaGerardus Mercator adalah contoh terbesar.

Setelah abad ke ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas. Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani.

Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.

Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).

Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.

Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan sistem informasi geografis.

Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal.Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.

Metode

Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan sistem informasi geografis (SIG) yang berbasis komputer..

Geografer menggunakan empat pendekatan:

  • Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
  • Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.
  • Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
  • Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.

Cabang

Geografi fisik

Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain. Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.

Topik terkait: atmosfer - kepulauan - benua - gurun - pulau - bentuk muka bumi -- samudera - laut - sungai - danau - ekologi - iklim - tanah - geomorfologi - biogeografi - garis waktu geografi, paleontologi dan paleogeografi

Geografi manusia

Cabang geografi manusia, atau politik/budaya - juga disebut antropogeografi yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia. Bisa dibagi menjadi: geografi konomi, geografi politik (termasuk geopolitik), geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminis dan geografi militer.

Topik terkait: Negara-negara di dunia - negara - bangsa - negara bagian - perkumpulan individu - provinsi - kabupaten - kota - kecamatan

Geografi manusia-lingkungan

Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya berinteraksi. walaupun faham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang, masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya dan politik dam penelitian resiko-bencana.

Ekologi budaya dan politik

Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan (sustainability) kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa geografer menggunakan aspek geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik dan ekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarkan praktek kapitalisme.

Penelitian resiko-bencana

Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba memahami mengapa orang tinggal dataran banjir yang mudah terkena bencana. Sejak itu, bidang ini berkembang menjadi multi disiplin dengan mempelajari bencana alam (seperti gempa bumi) dan bencana teknologi (seperti kebocoran reaktor nuklir). Geografer yang mempelajari bencana tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana manusia dan masyarakat menghadapinya.

Geografi sejarah

Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini - banyak disimpulkan tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.

Ada apa dibalik nama? Geografi sejarah dan kampus Berkeley

"Geografi Sejarah" tentu saja merupakan akibat timbal-balik dari geografi dan sejarah. Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai arti yang yang lebih spesifik. Nama ini dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari Universitas California, Berkeley dengan programnya me-reorganisir geografi budaya (beberapa orang menyebutkan semua geografi) pada semua wilayah, dimulai pada awal abad ke-20.

Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya bisa dipahami jika mempelajari semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi, politik, lingkungan) menurut sejarah. Sauer menekankan kajian wilayah sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kekhususan pada wilayah di atas bumi.

Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di Amerika pada pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah masih menjadi bagian departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi banyak geografer beranggapan ini akan membahayakan ilmu geografi itu sendiri untuk jangka panjang: penyebabnya adalah terlalu banyak pengumpulan data dan klasifikasi, sementara analisis dan penjelasannya terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih spesifik pada wilayah sementara geografer angkatan berikutnya berusaha mencari nama yang tepat untuk ini. Mungkin ini yang menyebabkan krisis 1950-an pada geografi yang hampir menghancurkannya sebagai disiplin akademis.

Teknik Geografis

  • Kartografi mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol abstrak. Bisa dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka. walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk menampilkan hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak untuk dianggap sebagai ilmu terpisah.

    Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa dimengerti orang lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk mempengaruhi pembaca memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan matemika yang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh pada penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.

  • Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi tentang bumi dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara informasi. Sebagai tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya, spesialis SIG harus mengerti ilmu komputer dan sistem database. SIG memacu revolusi kartografi sehingga sekarang hampir semua pembuatan peta dibuat dengan piranti lunak (software) SIG.
  • Metode kuantitatif geografi membahas metode numerik yang khas (atau paling tidak yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan pada analisis keruangan, anda mungkin akan menemukan analisis klaster, analisis diskriminan dan uji statistik non-parametris pada studi geografi.

Bidang Terkait

Perencanaan Kota dan Wilayah

Perencanaan kota dan perencanaan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).

Ilmu Wilayah

Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.



Dari Wikipedia, Ensiklopedia Bebas,

 

1001 Ilmu Copyright © 2009 Classicstudio